06 November 2009

4G – akhir dari kejayaan Intelligent Network.

1G, 2G, 2.5G, 3G dan terakhir 4G merupakan generasi teknologi yang digunakan pada infrastruktur selular. Pada hari ini, Indonesia baru memasuki tahapan teknologi 2.5G. Secara sederhana dapat di identikan teknologi 1G adalah telepon analog / PSTN yang menggunakan selular. Teknologi 2G, 2.5G dan 3G merupakan ISDN di selular.

Intelligent Network (IN) secara sederhana merupakan inti dari infrastruktur telekomunikasi yang di operasikan oleh banyak operator telekomunikasi di Indonesia pada saat ini. Khususnya di dunia selular banyak bertumpu pada protokol SS7/IS-41/GSM MAP intelligent nodes.Teknik yang hampir sama juga berlaku untuk operator non-selular, seperti Telkom, Indosat & Satelindo.

Servis suara di 3G pada dasarnya sama dengan servis suara di ISDN. Handset digital selular pada dasarnya sebuah handset ISDN. Sialnya, ISDN pada kenyataannya tidak berhasil dengan baik untuk mendeploy servis suara yang baru maupun integrasi data / suara. Kita cukup beruntung dengan adanya 3G ternyata membuka kesempatan untuk uji coba teknologi Internet seperti Session Initiation Protocol (SIP) maupun menggunaan IP v6 (saat ini semua ISP komersial di Indonesia menggunakan IP v4 yang lebih tua). Ujicoba untuk integrasi SIP & IP v6 ke dalam 3G di lakukan dalam inisiatif 3GPP.

SIP adalah protokol inti dalam internet telephony (http://www.iptel.org) yang merupakan evolusi terkini dari Voice over Internet Protocol maupun Telephony over Internet Protocol yang banyak di perdebatkan oleh operator, pemerintah & DPR pada hari ini. Ironisnya, internet telephony akan menjadi tulang punggung utama infrastruktur telekomunikasi tidak lama lagi. Gilanya, teknologi internet telephony memungkinkan pembangun infrastruktur telekomunikasi rakyat secara swadaya masyarakat (tanpa Bank Dunia, IMF maupun ADB) bahkan mungkin tanpa kontrol pemerintah sama sekali kalau saja kreatifitas anak bangsa tidak di pasung.

Untuk teknologi 4G, setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Semua jenis radio transmisi seperti GSM, TDMA, EDGE, CDMA 2G, 2.5G akan dapat digunakan, dan dapat berintegrasi dengan mudah dengan radio yang di operasikan tanpa lisensi seperti IEEE 802.11 di frekuensi 2.4GHz & 5-5.8Ghz, bluetooth dan selular. Integrasi voice dan data dalam channel yang sama. Integrasi voice dan data aplikasi SIP-enabled.

Gila-nya dengan teknologi SIP yang berada di belakang 4G, nomor telepon +62 298 123 4567 hanya lah subset, bagian kecil daripada pengenalan / identifikasi telepon. Sebagian besar identifikasi / penomoran telepon akan dilakukan menggunakan URL seperti sip: xxx@xxx.net.id …. Dengan bertumpu pada URL, dunia menjadi lebih menarik karena kita tidak perlu lagi tergantung pada nomor telepon yang di kuasasi pemerintah cq. POSTEL untuk berkomunikasi internet telepon. Kalau kita cukup gila, sebetulnya dalam banyak hal kita dapat menyelenggarakan sendiri infrastruktur internet telephony tanpa perlu tergantung pada ijin / lisensi pemerintah tanpa melanggar hukum, dengan software yang dibuat sendiri tanpa mengeluarkan banyak devisa. Tak perlu lah kita mengeluarkan US$1000 / SST seperti yang di gembar gemborkan saat ini, jika saja kreatifitas anak bangsa tidak di matikan.

Semua teknologi yang di sebutkan di atas memang masih terus dalam pengembangan dan penyempurnaan. Ada beberapa organisasi Open Standar yang bertumpu pada Internet Engineering Task Force (IETF) http://www.ietf.org yang menjadi tulang punggung dibelakang semua kegiatan yang ada. Khususnya untuk internet telephony banyak di dorong oleh IPTel http://www.iptel.org dan SIP Forum http://www.sipforum.org.

Menarik untuk di simak bahwa dengan teknologi 4G, praktis teknologi Intelligent Network (IN) yang pernah menjadi primadona infrastruktur telekomunikasi yang digunakan Telkom, Indosat, Satelindo dll menjadi kadaluarsa (obsolete). Bukan mustahil, tidak lama lagi (5-10 tahun lagi) habis sudah kejayaan infrastruktur telekomunikasi Telkom, Indosat dll yang banyak bertumpu pada teknologi yang berbasis pada berbagai standar ITU karena bersaing ketat dengan gerakan arus bawah yang menggunakan teknologi bawah tanah seperti SIP, MGCP, Megaco, RTP dll yang semua terbuka dan dapat di download secara gratis di Internet pada hari ini.

Merdeka!

sumber : from Onno W. Purbo

Manfaat Internet untuk Penanggulangan Bencana Alam

Melalui Internet, kita bisa senantiasa mengikuti perkembangan-perkembangan terkini seperti halnya gejala-gejala alam.

Begitu banyak bencana alam yang terjadi di dunia, tsunami, banjir, longsor, angin topan dan bencana lainnya. Lalu apa yang Internet bisa lakukan untuk menanggulangi berbagai bencana alam yang terjadi?

Informasi bencana alam sangat dibutuhkan dalam upaya pengelolaan bencana alam terutama pada langkah-langkah mitigasi dan persiapan menghadapi bencana.Mitigasi ini merupakan proses pencegahan atau pengurangan akan kemungkinan terjadinya bencana dan pengurangan kerugian akibat terjadinya bencana,sedangkan langkah persiapan menghadapi bencana ini termasuk pula melakukan prediksi,dan peringatan dini akan terjadinya bencana (early warning).

Informasi bencana alam yang tersusun dalam data base sangat penting bisa diketahui tepat waktu bagi semua pihak, baik pihak pengelola bencana,pemerintah maupun masyarakat pada umumnya.Agar semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi bencana yang diperlukan,maka diperlukan sarana diseminasi dan sosialisasi informasi ini.Diseminasi informasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,seperti publikasi melalui media massa,koordinasi antara instansi terkait,maupun melalui jaringan internet.

Berkembangnya teknologi informasi khususnya media jaringan internet, merupakan terobosan media/sarana dalam melakukan diseminasi informasi yang perlu disebarluaskan. Untuk itu, perlu dijaga kontinuitas,perawatan dan pengembangan sarana diseminasi informasi dan data base informasi untuk mitigasi bencana alam.

Di samping itu,pembangunan sarana koordinasi antar lembaga/instansi terkait dan sosialisasi informasi bencana alam perlu digalakkan agar diseminasi dapat secara efisien dan efektif mencapai sasarannya. Pengembangan Sistem Pemantauan Bumi guna mendukung Sistem Alarm Bencana ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan pemanfaatan teknologi inderaja satelit dan SIG dengan menyediakan informasi inderaja secara operasional untuk pengeloaan bencana.

Dalam hal ini pengembangan sistem informasi untuk mitigasi bencana alam menggunakan data penginderaan jauh antara lain bertujuan untuk ;(a)membangun data base informasi bencana alam, meliputi; kebakaran,kekeringan,banjir,longsor,iklim,rawan pangan, (b)membangun media publikasi data base informasi bencana alam untuk sosialisasi dan distribusi dalam bentuk Website/home page yang bisa diakses oleh pengguna secara mudah lewat Jaringan Internet, (c)membangun media koordinasi antar lembaga/instansi terkait dalam rangka komunikasi,analisa dan penentuan kebijakan bersama untuk mitigasi bencana.

Visualisasi Data Spasial Melalui Web

Penggunaan data spasial dirasakan semakin diperlukan untuk berbagai keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, dan manajemen sumberdaya alam. Pengguna data spasial merasakan minimnya informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan. Penyebaran (diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan menggunakan media yang telah ada yang meliputi media cetak (peta), cd-rom, dan media penyimpanan lainnya dirasakan kurang mencukupi kebutuhan pengguna. Pengguna diharuskan datang dan melihat langsung data tersebut pada tempatnya (data provider). Hal ini mengurangi mobilitas dan kecepatan dalam memperoleh informasi mengenai data tersebut.

Perkembangan media internet yang semakin pesat memungkinkan penyedia jasa informasi spasial dapat menggunakan media ini untuk penyebarluasan informasi data spasial. Dengan menggunakan media internet (website) pengguna dapat langsung mencari dan melihat informasi data spasial yang dibutuhkan tanpa harus mendatangi tempat penyedia jasa tersebut. Pengguna dapat melakukan pencarian data spasial berdasarkan informasi metadata yaitu informasi mengenai data tersebut yang meliputi akurasi, sejarah data, kelengkapan data, kualitas data dan lain sebagainya. Dengan informasi tersebut pengguna dapat langsung menentukan apakah data tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kriteria yang diinginkan.

Penggunaan OGC Standar dan Open Source

Aplikasi untuk mendukung pemetaan online (web-mapping) tersedia cukup banyak baik yang komersial maupun yang sumber terbuka (open source). Sistem visualisasi peta dikembangkan menggunakan standar OGC (Open Geospatial Consortium). Standar OGC yang digunakan adalah Web Map Service (WMS) dan Web Feature Service (WFS). Data geo-spatial telah disimpan dan dikelola dalam basis data menggunakan aplikasi basis data Oracle atau PostGIS.

Data geo-spatial tersebut ditambahkan layanan menggunakan standar OGC yaitu WMS dan WFS. Layanan WMS dan WFS memungkinkan pengguna dapat mengakses data baik melalui aplikasi desktop maupun aplikasi berbasis web. Sistem visualisasi merupakan tampilan antar muka berbasis web yang menyajikan data geo-spatial secara kartografis.

Sistem Visualisasi Peta memiliki arsitektur 3 tier (three tier architecture) yang terdiri dari:

  1. 1. Datastores yaitu penyimpanan basis data geo-spatial. Aplikasi manajemen basisdata yang dapat digunakan adalah Oracle atau PostGIS.
  2. 2. GeoServer, merupakan layanan web sesuai standar OGC yaitu WMS dan WFS. Aplikasi layanan web yang dapat digunakan adalah GeoServer.
  3. 3. WebServer, merupakan layanan web dan tampilan antar muka sistem visualisasi peta RBI. Aplikasi yang digunakan adalah Apache Web Server yang mendukung PHP dan MapServer/MapScript.


Salah satu website yang mengulas tentang gejala-gejala alam:

click here!!


Diolah dari berbagai sumber